Bahaya Membuat Materi Khotbah dengan Bantuan ChatGPT 


Dalam era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi alat yang populer dalam berbagai bidang, termasuk dalam pembuatan materi khotbah. Banyak pendeta dan pengkhotbah tergoda untuk menggunakan teknologi ini guna menghemat waktu dan mendapatkan referensi yang lebih luas. Namun, ada beberapa bahaya yang perlu diperhatikan jika khotbah dibuat dengan bantuan AI tanpa pengawasan yang baik.

1. Kehilangan Sentuhan Roh Kudus

Khotbah bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi merupakan pesan yang diilhami oleh Roh Kudus. Dalam 2 Timotius 3:16 dikatakan bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Jika seorang pendeta hanya mengandalkan AI tanpa doa dan perenungan pribadi, maka ada risiko kehilangan dimensi spiritual yang mendalam dalam pesan yang disampaikan.

2. Kurangnya Keunikan dan Keaslian

Setiap jemaat memiliki kebutuhan rohani yang berbeda-beda, sehingga seorang pengkhotbah harus memahami konteks audiensnya dengan baik. ChatGPT hanya mampu menghasilkan teks berdasarkan pola yang sudah ada di internet, sehingga khotbah yang dibuat dengan bantuan AI cenderung generik dan kurang relevan dengan situasi jemaat tertentu. Hal ini dapat membuat pesan khotbah terasa kering dan kurang menyentuh hati pendengar.

3. Potensi Ketidakakuratan Teologis

AI seperti ChatGPT bekerja dengan mengolah data yang ada di internet, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk membedakan antara doktrin yang benar dan yang salah. Jika seorang pendeta tidak melakukan pengecekan ulang terhadap isi khotbah yang dihasilkan AI, ada kemungkinan munculnya ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Oleh karena itu, penting bagi setiap hamba Tuhan untuk tetap melakukan studi Alkitab yang mendalam dan tidak sekadar mengandalkan AI sebagai sumber utama.

4. Bahaya Kemalasan Spiritual

Menggunakan AI untuk membuat khotbah secara instan dapat membentuk kebiasaan yang tidak sehat bagi seorang pengkhotbah. Jika seseorang terus-menerus bergantung pada teknologi, ia bisa kehilangan semangat untuk mendalami firman Tuhan secara pribadi. Ini bisa berakibat pada kemerosotan spiritual dan kurangnya kedalaman rohani dalam pelayanan.

5. Risiko Plagiarisme

ChatGPT menghasilkan teks berdasarkan sumber yang ada, yang bisa jadi berasal dari berbagai tulisan tanpa mencantumkan referensi yang jelas. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah etika, di mana seorang pendeta tanpa sadar menyampaikan khotbah yang mirip atau bahkan sama dengan tulisan orang lain tanpa memberikan kredit.

https://www.apijakartabarat.my.id/bahaya-membuat-materi-khotbah-dengan-bantuan-chatgpt

Teknologi seperti ChatGPT memang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mencari inspirasi atau referensi, tetapi tidak boleh menjadi pengganti peran utama seorang hamba Tuhan dalam mempersiapkan khotbah. Khotbah harus lahir dari doa, perenungan firman Tuhan, dan pemahaman yang mendalam akan kebutuhan jemaat. Jika AI digunakan tanpa pengawasan, ada risiko kehilangan otoritas spiritual, keunikan pesan, serta ketepatan doktrinal. Oleh karena itu, teknologi harus digunakan dengan bijak dan tetap diimbangi dengan ketergantungan penuh kepada Tuhan.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.” — Roma 12:2

Asosiasi Pendeta Indonesia (DPC Jakarta Barat)